Selasa, 27 Oktober 2009
PENGARUH BEBAN ANGIN TERHADAP STRUKTUR ROOF TOP TOWER TELEPON SELULER
Mahmud Kori Effendi, Triono Subagio
Abstract
Meningkatnya kebutuhan terhadap teknologi komunikiasi yang murah dan mudah, memaksa penyedia layanan telepon seluler untuk memperbaiki sinyal jaringan telepon seluler. Sebagai konsekuensi dari perkembangan ini, maka harus diiringi dengan bertambahnya. Pembuatan konstruksi menara pada daerah permukiman yang mendapat tekanan dari masyarakat, harus memperhatikan kekuatan dari menera telepon seluler. Masyarakat hendak mengetahui kekuatan dari menara, terutama struktur menara pada lokasi di atas atap bangunan penduduk. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis strukutur rangka 3 D dengan menggunakan Program SAP 2000. Beban yang bekerja pada struktur ini terdiri dari beban mati yang berupa berat menara sendiri termasuk berat antene dan tangga. Beban hidup berasal dari beban manusia. Beban angin dihitung berdasarkan TIA/EIA-222-F Standard: Structural of standard for Steel Antenna Towers and Antenna Supporting Structures. Beban angin dihitung pula berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983. Dari hasil hitungan dengan menggunakan SAP 2000 diperoleh goyangan sebesar 0,3040o
Tugas 7.
Eki Hardi Saputro (41407010004)
RELE JARAK SEBAGAI PROTEKSI SALURAN TRANSMISI
Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran daya. Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian yang serius dalam perencanaannya. Sistem transmisi sendiri merupakan sistem dinamis kompieks yang parameter‐parameter dan keadaan sistemnya berubah secara terus menerus.
Pada prinsipnya rele jarak adalah mengukur nilai arus dan nilai tegangan pada suatu titik tertentu dan kemudian
membandingkannya dengan suatu nilai seting tertentu untuk menentukan apakah rele narus bekerja atau tidak. Supaya rele dapat berfungsi dengan baik dalam kapasitasnya sebagai pengaman saluran transmisi maka perlu adanya kordinasi antara satu rele dengan rele di terminal lawannya juga dengan rele pada seksi-seksi berikutnya. Kordinasi rele jarak selama ini berdasarkan parameter saluran transmisi dengan kompensasi perkiraan besarnya gangguan yang dihitung secara off‐line. Tetapi dengan keadaan sistem yang berubah‐ubah yang mengakibatkan parameter saluran transmisi juga berubah serta adanya gangguan yang tidak bisa diperkirakan besarnya, maka seting rele yang ada bisa menjadi tidak selektif.
Masalah‐rnasalah yang timbul pada saluran transmisi, diantaranya yang terutama adalah:
1. Pengaruh perubahan frekuensi sistem
2. Pengaruh dari ayunan daya pada sistem
3. Pengaruh gangguan pada sistem transmisi
Sistem Proteksi
Proteksi sistem tenaga listrik adalah pengisolasian kondisi abnormal pada sistem TL untuk meminimalkan pemadaman dan kerusakan yang lebih lanjut. Dalam merancang sistem proteksi, dikenal beberapa falsafah proteksi, yaitu:
1. Ekonomi : Peralatan proteksi mempunyai nilai ekonomis.
2. Selektif : Dapat mendeteksi dan mengisolasi adanya gangguan.
3. Ketergantungan : Proteksi hanya bekerja jika terjadi gangguan.
4. Sensitif : Mampu mengenali gangguan, sesuai setting yang ditentukan, walau gangguannya kecil sekalipun.
5. Cepat : Mampu bekerja dalam waktu yang sesingkat mungkin.
6. Stabil : Proteksi tidak mempengaruhi kondisi yang normal
7. Keamanan
http://qtop.wordpress.com/2008/04/20/rele-jarak-sebagai-proteksi-saluran-transmisi/
Minggu, 25 Oktober 2009
Tugas Rungkasan 4 Reyhan Aulia Ega Tama (41407010013)
Abstrak
Lampu TL dapat menyala dengan baik apabila dicatu (dipasang) pada sumber tegangan yang sesuai dengan rating
tegangan lampu TL tersebut, misal 220 volt, 50 Hz. Daerah Pedesaan (di Indonesia) pada umumnya sumber tegangan
(listrik) memiliki regulasi tegangan yang buruk. Buruknya regulasi tegangan pedesaan mengakibatkan lampu TL sulit
bahkan tidak dapat menyala. Lampu TL sebagai sumber penerangan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan lampu
pijar. Kehadiran trafo ballast pada lampu TL adalah merugikan. Trafo ballast berfungsi hanya pada saat start, setelah lampu
TL menyala kehadiran trafo ballast mengakibatkan faktor daya menjadi rendah dan trafo ballast sendiri menyerap daya
aktif. Menghilangkan ballast elektromagnetik dan menggantikan dengan proses switching pada lampu TL menghasilkan
perbaikan faktor daya sekaligus lampu TL dapat menyala pada catu daya dengan regulasi tegangan yang sangat buruk.
Frekuensi switching yang tinggi menghasilkan ukuran induktor yang kecil. Induktor dipergunakan pada proses switching
untuk menghasilkan tegangan transient yang cukup untuk menyalakan lampu TL. Frekuensi Switching 800 Hz pada lampu
TL sebagai penganti trafo ballast menghasilkan faktor daya 0,86 leading. Jika lampu TL mempergunakan trafo ballast
maka faktor daya lampu TL tersebut 0,4 lagging. Lampu TL yang mempergunakan trafo ballast tidak dapat menyala pada
kondisi tegangan 160 volt tetapi switching dengan frekuensi lebih besar dari 800 Hz menghasilkan lampu TL dapat
menyala dengan sempurna pada kondisi tegangan 160 volt.
Pendahuluan
Lampu pijar sebagai sumber penerangan bagi
pemukiman ataupun komersial, akhir-akhir ini telah
banyak digantikan oleh Lampu TL (fluorescent
Lamp). Penggunaan lampu TL sebagai sumber penerangan
karena memiliki cahaya yang lembut (tidak
sakit dimata), cahaya lebih terang dan umur lebih
panjang daripada lampu pijar.
Lampu TL dapat menyala dengan baik apabila dicatu
(dipasang) pada sumber tegangan yang sesuai
Catatan: Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Desember
2005. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Elektro
volume 6, nomor 1, Maret 2006.
dengan rating tegangan lampu TL tersebut, misal 220
volt, 50 Hz. Daerah Pedesaan (di Indonesia) pada
umumnya sumber tegangan (listrik) memiliki regulasi
tegangan yang buruk. Buruknya regulasi tegangan
didaerah pedesaan mengakibatkan lampu TL sulit
bahkan tidak dapat menyala. Disebabkan karena
buruknya regulasi tegangan didaerah pedesaan
mengakibatkan penggunaan lampu pijar lebih umum
dibandingkan lampu TL.
Lampu TL biasanya dilengkapi dengan trafo ballast
(ballast transformer) dan starter yang fungsinya
untuk membatasi aliran arus dan menyediakan
tegangan transien yang sesuai untuk penyalaan
katoda [Liang dkk, 2001]. Trafo ballast dilihat dari
cara kerjanya ada dua jenis yaitu ballast elektroJurnal
magnetik dan ballast elektronik. Ballast elektromagnetik
bekerja atas dasar induksi elektromagnetik
dengan frekuensi sama dengan frekuensi sumber.
Ballast elektronik bekerja dengan prinsip resonant
inverter yang dilakukan dengan proses switching
pada frekwensi tinggi. Tegangan transien dari
resonant inverter tergantung pada komponen bejana
resonansi (L dan C) sehingga tegangan transien dapat
menjadi lebih besar dari tegangan sumber.
Sebagian besar daerah pedesaan di Indonesia tidak
dapat menggunakan lampu TL karena tegangan
listrik di desa pada umumnya sangat buruk. Melihat
fenomena ini maka diperlukan suatu penelitian agar
lampu TL dapat menyala dengan baik pada daerah
yang tegangannya buruk.
Supriono, I Nyoman Wahyu Satiawan
Staff Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unram
Jl. Majapahit No. 62, Mataram–NTB 83125
Email: supriono.rio@lycos.com
jawaban pertanyaan
1.Fuad (41408010019). Jealaskan proses switching ?
Proses switching merupakan proses yang menghubungkan keluaran input menuju keluaran output pada lampu TL untuk menghasilkan perbaikan faktor daya sekaligus lampu TL dapat menyala pada catu daya dengan regulasi tegangan yang sangat buruk.
2.Rahmat (41408010014). Jelaskan maksud dari trafo ballast ?
Trafo ballast marupakan starter yang fungsinya untuk membatasi aliran arus dan menyediakan tegangan transien yang sesuai untuk penyalaan katoda. Trafo ballast dilihat dari cara kerjanya ada dua jenis yaitu ballast elektro magnetik dan ballast elektronik. Ballast elektromagnetik bekerja atas dasar induksi elektromagnetik dengan frekuensi sama dengan frekuensi sumber. Ballast elektronik bekerja dengan prinsip resonant inverter yang dilakukan dengan proses switching pada frekwensi tinggi.
3.Rain Ardianto (41407010011). Jelaskan tegangan transient ?
Tegangan transient adalah tegangan yang berfungsi untuk menyediakan aliran arus yang sesuai untuk penyalaan katoda. Aliran arus tersebut berasal dari trafo ballast yang telah dibatasi tegangannya oleh stater trafo ballast tersebut.
4.Laura Zinniah Vallentine (41407010003). Berapa faktor daya yang baik untuk lampu TL dan lampu pijar ?
Untuk lampu TL mempunyai faktor daya yang rendah yaitu sekitar 220 volt. Sedangkan untuk lampu pijar mempunyai faktor daya yang tinggi yaitu sekitar 500 volt, sehingga untuk didaerah pedesaan penggunaan lampu pijar kurang cocok.
Kamis, 22 Oktober 2009
DIAGNOSIS PENYAKIT JANTUNG DAN PARU SECARA OTOMATIS (Tugas 7)
Jika terdapat kelainan maka ada sesuatu yang tidak normal pada kondisi baik jantung maupun paru. Pola abnormal ini bermacam-macam bahkan sulit untuk dibedakan secara manual. Dengan teknik-teknik pengolahan Sinyal digital (PSD) dapat diaplikasikan sebuah sistem yang menganalisa sinyal-sinyal bawaan tersebut yang nantinya akan dianalisa spektrum untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilannya dalammengetahui kondisi jantung maupun paru secara otomatis.
Beberapa bekerja dengan domain waktu dan sebagian bekerja dalam domain frekuensi.
Sistem dan teknik
Perangkat berupa perangkat keras berupa stetoskop elektronik dan perangkat lunak yang ter-install dalam PC. Serta data base suara jantung dan paru normal yang disertai pula dengan database pendukung lainnya.
Proses Pengolahan Sinyal
Proses yang dilakukan terdiri dari proses normalisasi, ekstrasi ciri dan proses klasifikasi.
Proses
Proses yang dilakukan berupa penyeragaman pada data agar parameter-parameter data menjadi sama.
Bererapa parameter ini meliputi:
1. frekuensi sampling
2. resolusi rekaman
3. lama rekaman
4. format data
Visualisasi
Visualisasi suara jantung dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Visualisasi ini selain untuk mengetahui suara jantung atau paru tetapi juga dapat untuk melihat secara kasar kandungan informasinya.
Ekstraksi Ciri
Ekstraksi ciri dapat dilakukan baik domain waktu maupun domain frekuensi. Tiap pemilihan ini tergantung pada asumsi yang digunakan.
Classifier
Setelah ekstraksi ciri dilakukan, langkah berikutnya adalah mengenali ciri dari tiap data yang diambil. Dengan ini dapat digolongkan pendiagnosisan suara jantung maupun paru baik secara otomatis maupun secara analisis.
Pengenalan suara jantung dan paru menggunakan pengolahan sinyal digital memberikan hasil yang menjanjikan untuk membantu tenaga medis dalam melaksanakan tugasnya. Hasil auskultasi masih menyisakan ruang yang cukup besar untuk penelitian. Selain masalah teknis yang masih banyak belum diteliti dalam pengolahan hasil auskultasi. Ternyata masih banyak hasil auskultasi yang belum diteliti. Misalnya auskultasi lambung untuk gastro enterologi.
Sumber :
Jurnal Penelitian Achmad Rizal (Jurusan Teknik Elektro), Vera Suryani (Jurusan Teknik Informatika) STT Telkom. Bandung.
NANOTEKNOLOGI, ANTARA IMPIAN DAN KENYATAAN (Tugas 6)
Sebagai contoh yang mudah kita pahami adalah apa yang terjadi pada dunia
komputer dan mikroprosesor. Pabrik-pabrik mikroprosesor seperti IBM, Intel dan Motorola terus berusaha mempertinggi tingkat integrasi mikroprosesornya.
Jarak yang lebih kecil antar gerbang berarti makin kecilnya waktu yang diperlukan
untuk perjalanan suatu elektron (artinya switching rate makin cepat) dan berarti pula
makin kecilnya daya yang diperlukan prosesor tersebut.
Lebih dari itu, makin banyak fungsi yang bisa diintegrasikan dalam prosesor tersebut, seperti built-in multimedia,pemrosesan suara, dan lain sebagainya.Selain itu, teknologi pemrosesan IC ini mulai digunakan pula untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi mekanik dan elektrik untuk membuat mesin, sensor atau aktuator pada ukuran milli, mikro, hingga nanometer.Struktur mikro yang mengintegrasikan fungsi mekanik dan elektrik inilah yang biasa disebut Nanoteknologi saat ini tengah ramai dibicarakan. Bahkan,negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia, Kanada dan negara-negara Micro Electro Mechanical System (MEMS).
Daftar Pustaka:
Dedy H.B. Wicaksono, Alumnus Teknik
Fisika ITB, kandidat doktor bidang Biomimetic
Sensor di Dept. Microelectronics,
Technische Universiteit Delft, Belanda.
.
Rabu, 21 Oktober 2009
SISTEM PEMANTAUAN TANAMAN BERBASIS JARINGAN SENSOR NIRKABEL PADA GREEN HOUSE (Tugas 5)
Tanaman, secara otomotis dipantau pertumbuhannya dengan sistem yang menggunakan sensor nirkabel (sensor tanpa kabel/kawat). Sistem pemantauan tanaman ini dapat mengontrol kadar air, energi dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dengan mengukur nilai suhu, tekanan, dan kelembaban di sekitar tanaman.
Sistem yang dilakukan pada greenhouse ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :
• sistem pengukuran
sensor yang digunakan adalah sensor suhu LM35, sensor tekanan ASDX-015A24R, dan sensor kelembaban HS1101. Sensor akan mengukur nilai parameter tanaman yaitu suhu, tekanan, dan kelembaban di sekitar tanaman. Sensor suhu akan menghasilkan tegangan, sensor tekanan dan sensor kelembaban, outputnya adalah frekuensi pulsa yang dapat dilihat menggunakan osiloskop digital. Bagaimana kita mengetahui nilai suhu, tekanan dan kelembabannya dari data analog tersebut? yaitu dengan cara melihat tabel hubungan antara tegangan dan suhu, hubungan frekuensi pulsa dan tekanan, hubungan frekuensi pulsa dengan kelembaban, yang tercantum pada datasheet sensor masing-masing.
• sistem informasi
bagian akuisisi data berperan untuk mengolah data fisik tanaman tersebut menjadi data yang siap untuk dikirim ke pusat pengolahan data untuk dilakukan proses penyimpanan dan analisis.
• sistem pengolah data
pengolah data menggunakan Mikrokontroler ATMega128, sedangkan modul transceiver RF yang digunakan adalah Chipcon CC1100 yang bekerja pada frekuensi 433 MHz.
Jaringan sensor nirkabel (JSN) untuk aplikasi greenhouse ini terdiri dari empat node sensor dalam topologi klaster dengan susunan : 1 kepala klaster dan 3 node sensor, terdistribusi dan terhubung tanpa kabel pada topologi jaringan greenhouse, serta perangkat lunak berupa protokol MAC berbasis TDMA. Keempat node sensor ini berfungsi untuk berbagi informasi antar node, yang dihubungkan dengan bridge node. Node sensor pada physical layer dan protokol Medium Access Control (MAC) berbasis Time Division Multiple Access (TDMA) pada data link layer. JSN ini menggunakan pendekatan cross-layer, yang artinya proses perancangan tidak hanya terfokus pada satu layer protocol layer saja namun keseluruhan layer secara komprehensif.
Gambaran mengenai empat node sensor pada greenhouse ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Lalu, bagaimana cara kerjanya? keempat node sensor akan mengirimkan data parameter tanaman (yaitu suhu, tekanan dan kelembaban yang masih berupa tegangan) ke base station melalui bridge node nya dengan menggunakan RF Transceiver 433 MHz, seperti pada gambar di atas itu. Kemudian dari base station ini data dikirim secara nirkabel ke mikrokontroler untuk diproses, lalu dikirim secara serial ke komputer dan data dapat dilihat pada hyperterminal.
Dengan cara ini, petani dapat mengetahui kondisi tanamannya secara real time dan kapan saja tanpa perlu mengukurnya sendiri. Jadi diharapkan tanaman akan selalu sehat karena diperhatikan tiap hari, lalu produksi dan kualitasnya meningkat.
penulis:
ADAM ALIYYA MACHFUD
SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2008
SISTEM PENGONTROL SUHU AIR PADA MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51 (Tugas 4)
Rangkaian aktuator dibangun dari sebuah transistor dengan resistor dioda dan relay. Prinsipnya dengan membuat rangkaian Common Emitter dari transistor-NPN. Dengan memamfaatkan prinsip ini dibangun driver untuk buzzer dan kipas
Membuat Rangkaian Seven Segment
Aplikasi yang dipakai pada rangkaian seven segmen yang berfungsii untuk menampilkan data pada seven segment dengan menggunakan metode scanning display. Metode ini bekerja menampilkan data pada dua buah seven segment secara bergantian. Namun, dengan kecepatan tinggi, akan tampak seolah-olah bersamaan.
Cara Pengoperasian Alat
Setelah melakukan tahap perancangan dari alat pengukur suhu air dengan menggunakan mikrokontroller AT89C51 sehingga terciptanya alat tersebut maka kita memasuki tahap pengoperasian. Langkah ini kita maksudkan agar kita dapat mengetahui kerja dan fungsi alat tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian dapat kita bandingkan antara perancangan dengan alat tersebut yang telah kita buat
Cara pengoperasian alat yaitu :
1. Kita posisikan saklar pada posisi ON power suply
2. Pastikan bahwa settingan temperatur pada alat sudah benar.
3. Pastikan alat bekerja dan seven segment menunjukan suhu kerja air.
4. Kipas akan mulai bekerja setelah temperatur menunjukan 95 ºC dan akan mulaiberhenti bekerja pada temperatur 87 ºC.
5. Buzzer akan mulai bekerja jika temperatur kerja diatas batas yang sudah ditentukan dalam hal ini 95 ºC, dan kipas tetap bekerja.
Catatan : buzzer akan bekerja jika dalam sistem pendinginan dalam hal ini pendinginan air padamobil terjadi masalah ( over heating ).
6. Kita pastikan kipas akan bekerja secara terus menerus sesuai dengan temperatur kerja mobil.
KESIMPULAN
1. Pembacaan suhu air pada mobil dapat dilihat dengan mudah dengan adanya tampilan suhu air pendingin pada display seven segment.
2. Adanya sistem peringatan pada si pengemudi jika terjadi masalah pada sistem pendinginan pada mobil, yaitu buzzer.
DAFTAR PUSTAKA
1. Afgianto Eko Putra, ”Belajar Mikrokontroller AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi” Penerbit Gava Media, Yogyakarta 2002.
2. Cooper, William David, ”Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran”. Erlangga, Jakarta 1985.
3. Dajan Anto. ”Pengantar Metode Statistik ” jilid 1, Penerbit PT Pustaka LP3ES. Indonesia 1986
4. Hasan, M.M, Ir. Iqbal. “Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif), Edisi ke-2. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta 2003.
5. http://www.dontronics.com/index.html - Dontronics - Maker of PIC and 8051 boards. Useful info.
6. http://www.proaxis.com/~iguanalabs/ - Iguana Labs - Good example projects (ie blinking LED) for AT89C51 and AT89C2051.
7. Ibrahim KF, ”Teknik Digital”, diterjemahkan oleh Ir. P. Insap Santosa, Msc, penerbit ANDI, Yogyakarta, 2001.
Selasa, 20 Oktober 2009
Pengmuman Jumlah Postingan dari Tiap Mahasiswa Kelompok 4
2) Rian Ardiyanto (41407010011) sejauh ini telah memposting sebanyak 7 posting'an.
3) Eki Hardi Saputro (41407010004) sejauh ini telah memposting sebanyak 7 posting'an.
4) Reyhan Aulia Ega Tama (41407010013) sejauh ini telah memposting sebanyak 7 posting'an.
5) Pande Nyoman Trianto (41407010012) sejauh ini telah memposting sebanyak 7 posting'an.
diharapkan agar judul pastingan menggunakan "JUDUL" dari postingan tersebut dan tidak menggunakan 'tugas rangkaian dan identitas'. Sesuai dengan anjuran pa'Atep pada kuliah kemarin.. Semua postingan sudah saya edit menggunakan "JUDUL". Diharapkan agar mengganti “JUDUL” sesuai anjuran pa’Atep.
terima kasih.
**data dapat berubah sewaktu-waktu
Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya di sini.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan
2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Menurut nilai tegangannya:
2. Menurut bentuk tegangannya:
3. Menurut jenis/tipe konduktornya:
4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
5. Menurut Susunan Rangkaiannya
http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/12/sistem-distribusi-tenaga-listrik.html
Penggunaan Overhead Groundwire Sebagai Pelindung Transmisi Tenaga Listrik dari Sambaran Petir
Petir merupakan kejadian alam di mana terjadi loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik tersebut diawali dengan mengumpulnya uap air di dalam awan. Ketinggian antara permukaan atas dan permukaan bawah pada awan dapat mencapai jarak sekitar 8 km dengan temperatur bagian bawah sekitar 60 oF dan temperatur bagian atas sekitar - 60 oF.
Sistem Perlindungan Petir
Mengingat kerusakan akibat sambaran petir yang cukup berbahaya, maka muncullah usaha-usaha untuk mengatasi sambaran petir. Teknik penangkal petir pertama kali ditemukan oleh Benyamin Franklin dengan menggunakan interseptor (terminal udara) yang dihubungkan dengan konduktor metal ke tanah. Teknik ini selanjutnya terus dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang efektif.
Sekilas mengenai teknik penangkal petir, dikenal 2 macam sistem, yaitu :
1. Sistem Penangkal Petir
Sistem ini menggunakan ujung metal yang runcing sebagai pengumpul muatan dan diletakkan pada tempat yang tinggi sehingga petir diharapkan menyambar ujung metal tersebut terlebih dahulu. Sistem ini memiliki kelemahan di mana apabila sistem penyaluran arus petir ke tanah tidak berfungsi baik, maka ada kemungkinan timbul kerusakan pada peralatan elektronik yang sangat peka terhadap medan transien.
2. Dissipation Array System (DAS)
Sistem ini menggunakan banyak ujung runcing (point discharge) di mana tiap bagian benda yang runcing akan memindahkan muatan listrik dari benda itu sendiri ke molekul udara di sekitarnya. Sistem ini mengakibatkan turunnya beda potensial antara awan dengan bumi sehingga mengurangi kemampuan awan untuk melepaskan muatan listrik.
Sistem Perlindungan Petir Pada Transmisi Tenaga Listrik
Dalam hal melindungi saluran tenaga listrik tersebut, ada beberapa cara yang dapat diterapkan. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan kawat tanah (overhead groundwire) pada saluran. Prinsip dari pemakaian kawat tanah ini adalah bahwa kawat tanah akan menjadi sasaran sambaran petir sehingga melindungi kawat phasa dengan daerah/zona tertentu.
Dalam beberapa kasus, sebuah groundwire dirasa belum cukup untuk memproteksi kawat phasa sepenuhnya. Untuk meningkatkan performa dalam perlindungan terhadap sambaran petir langsung, lebih dari satu groundwire digunakan.
Bila digunakan 2 buah groundwire dengan tinggi h dari tanah dan terpisah sejauh s, perhitungan untuk menetapkan zona proteksi petir dilakukan seperti halnya menggunakan 1 buah groundwire. Gambar 2 menunjukkan zona perlindungan dari penggunaan 2 buah groundwire.
Usaha Untuk Meningkatkan Performa Perlindungan
Usaha yang paling mudah untuk meningkatkan performa perlindungan adalah dengan menggunakan lebih dari satu groundwire. Dengan cara ini diharapkan petir akan selalu menyambar pada groundwire sehingga memperkecil probabilitas kegagalan perlindungan. Cara ini dapat disertai dengan menggunakan counterpoise, yaitu konduktor yang ditempatkan di bawah saluran (lebih sering dibenamkan dalam tanah) dan dihubungkan dengan sistem pentanahan dari menara listrik. Hasilnya, impedansi surja akan lebih kecil.
Usaha-usaha lainnya di antaranya :
• Memasang couplingwire di bawah kawat phasa (konduktor yang disertakan di bawah saluran transmisi dan dihubungkan dengan sistem pentanahan menara listrik).
• Mengurangi resistansi pentanahan menara listrik dengan menggunakan elektroda pentanahan yang sesuai.
• Menggunakan arester.
Cara yang terakhir ini boleh dikatakan sebagai alat pelindung yang paling baik terhadap gelombang surja. Arester inilah yang terus dikembangkan oleh para ahli untuk mendapatkan performa perlindungan yang makin baik.
Daftar Pustaka
• "IEEE Application Guide for Surge Protection of Electric Generating Plants" dalam IEEE Std C62.23-1995.
• Arismunandar, Artono, Teknik Tegangan Tinggi, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1994.
• Frydenlund, M.M., Lightning : Protection for People and Property, Van Nostrand Reinhold, New York, 1993.
• Garniwa, Iwa, Dasar Perencanaan Instalasi Penangkal Petir, Jurusan Elektro FTUI.
• Jha, R.S., High Voltage Engineering, Dhanpat Rai & Sons, Delhi, 1981.
• Razevig, D.V., High Voltage Engineering, Khanna-Publishers, Delhi, 1982.
Senin, 19 Oktober 2009
IDENTIFIKASI PARAMETER MENGGUNAKAN METODE ADVANCEDBODE DIAGRAM (Tugas 3)
Kelebihan utama penggunaan diagram logaritmik adalah bahwa perkalian dapat diubah menjadi penjumlahan. Selanjutnya, dengan menggunakan suatu metode yang didasarkan pada pembuatan asimtot, dapat dibuat sketsa kurva besaran log pendekatan.
Dalam melakukan suatu Identifikasi Parameter dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya yang sudah di kenal adalah dengan Teknik Adaptive. Tenik adaptive ditinjau dari segi matematis memang sangat rumit. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan Bode Diagram.
Bode Diagram merupakan salah satu teknik dalam respon analisis untuk mendeteksi magnitude dan phasa dari sistem jika diberi input sinusoida. Teknik ini dapat memprediksi Transfer Function dari sistem yang diberi input sinusoida melalui proses analisa gambar Diagram Bode. Kemudian transfer function yang diperoleh dicek kembali, apakah sudah dengan aslinya atau tidak. Sehingga identifikasi parameteryang dihasilakan dapat digunakan untuk mengontrol sistem dengan tepat.
Sebuah konstanta yang lebih besar dari satu maka mempunyai harga positif, sedangkan konstanta yang lebih kecil dari satu maka mempunyai harga negative.
Rangakaian yang berfungsi sebagai function generator yang terdiri dari DAC dan VCO, serta rangkaian Peak detector, ADC, dan Mikrokontroler MCS-51.
Daftar Pustaka
Coughlir,, Robert F. dan Driscall, Frederick F. Operasional Amplifiers dan Linear Integrated Circuit Second Edition. New Jersey: Prentice-hall,1982
Honeycut, Richard A. Op Amps dan linier integated circuit Canada: Nelson Canada,1988
Jawab Pertanyaan:
Alif Ghazali (41407010009)
1.Jelaskan rangkaian peak detector?
Rangkaian peak detector adalah rangkaian yang terdiri dari hubungan seri sebuah dioda dengan kapasitor yang menghasilkan output, secara teori, berupa tegangan DC yang sama dengan amplitudo puncak (Vp) tegangan AC sebagai input. Tetapi karena dioda yang ada tidaklah ideal maka tegangan output DC yang dihasilkan adalah hasil pengurangan dari amplitudo puncak tegangan AC sebagai input dengan tegangan buka dioda sebesar 0,7V.
Mefifa (41407010023)
2.Jelaskan apa yang dimaksud dengan bode diagram?
Diagram Bode merupakan suatu fungsi alih sinusoida yang terdiri dari dua buah grafik yang terpisah. magnitude, dan yang satunya lagi merupakan diagram sudut fasa.
Fitran (41408010004)
3.Bisa menggunakan teknik yang lain atau tidak?
Tidak bisa, karena apabila menngunakan teknik yang lain rangkaian ini tidak bisa digunakan/berfungsi.
Minggu, 18 Oktober 2009
Simulasi Busur Api (ARC) Pada Pemutus Daya (Circuit Breaker) Dengan Menggunakan Program Matlab Simulink
Osea Zebua1 dan Henry B.H. Sitorus 1
Dosen Jurusan Teknik Elektro FT Universitas Lampung
Abstrak–
Pada saat CB (circuit breaker) melakukan pemutusan arus, akan terjadi busur api. Sebelum arus terputus, arus gangguan mengalir antara kontak-kontak circuit breaker. Akibat resistansi kecil dari kanal circuit breaker, arus mengakibatkan tegangan baru pada kontak-kontak CB yang disebut tegangan busur api. Busur api bertindak sebagai resistansi nonlinier. Pada makalah ini dibahas simulasi busur api yang terjadi pada CB dengan menggunakan program Matlab Simulik.
Fenomena busur api dimodelkan dengan menggunakan model Schavemaker dan sebagai pembanding digunakan model Mayr. Simulasi dilakukan dengan nilai daya pemadaman P0=10 MW, konstanta waktu t=1.10-5 detik, konduktansi awal g(0)=1.104 Siemens, konstanta daya pemadaman P1=0,995 pemisahan kontak (kontak terbuka pada waktu 0 detik dan nilai tegangan busur api sebelum kontak dibuka atau dipisah Uarc adalah nol.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa kondisi zero crossing didapat sebelum setengah dari periode gelombang arus yakni 0,0098 detik ( 50 Hz = 0,02 detik). Simulasi dilakukan untuk waktu buka CB yang berbeda-beda. Semakin cepat atau semakin lama CB dibuka dalam waktu setengah perioda menghasilkan nilai puncak tegangan busur api atau tegangan pulih transien yang semakin besar. Hal ini mesti diperhatikan dalam pendisainan kontrol waktu buka CB.
Eki Hardi Saputro (41407010004)
Rancang Bangun Sistem Kendali Suhu Dan Kelembaban Udara Penetas Ayam Berbasis PLC (Programmable Logic Controller)
Winarto, Bastaman Syah, Harmen
Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Lampung
Abstrak–
Permintaan daging ayam dan telur yang cenderung meningkat. Penyediaan bibit ayam untuk skala besar masih dipasok oleh industri peternakan skala menengah ke atas. Komponen penyusun penetas skala menengah ke atas masih diimpor. Bila jumlah telur yang ditetaskan skalanya besar tidak memungkinkan dilakukan secara manual. Penelitian ini bertujuan membuat sistem kendali suhu, kelembaban udara mesin penetas dan pemutar telur menggunakan PLC (Programmable Logic Controller), dan menguji unjuk kerja komponen dan sistem kendali hasil rancang bangun di laboratorium. Induk ayam berperan sebagai pengendali yang memiliki tugas mengkondisikan telur-telur yang ditetaskan agar tetap pada suhu dan kelembaban tertentu, analogi dengan kondisi tersebut dibuat sistem kendali suhu dan kelembaban ruang penetas menggunakan RNTC sebagai sensor suhu dan kelembaban. Kelembaban ruang tetas dipertahankan menggunakan nampan yang berisi air yang ditempatkan di bawah alas/rak peletakan telur yang dibuat dari bahan plat berlubang; sedangkan untuk membalik posisi telur dalam rak digunakan motor langkah. Berdasarkan uji komponen dan uji sistem diperoleh hasil kesalahan rangkaian sensor suhu sebesar 0,98%, suhu udara di dalam ruang tetas berkisar antara 35,9 oC – 38 oC dan kelembaban udara rata-ratanya 66%, persentase kesalahan pewaktu sebesar 0,41%, rak dapat membalik posisi telur sebesar setengah keliling telur.
Eki Hardi Saputro (41407010004)
Ringkasan 6 Reyhan Aulia Ega Tama (41407010013)
Paralel: Prinsip, Aplikasi dan Performansi
Pendahuluan
Memori merupakan salah satu bagian terpenting
pembentuk arsitektur paralel pengolahan citra.
Dalam literatur terdapat berbagai jenis tipe
memori antara lain yang terkenal adalah RAM
(Random Accces Memori) dan CAM (Content
Addressable Memori). Dari survey kami
terdahulu dapat disimpulkan bahwa memori
jenis RAM memegang peranan terhadap
algoritma pengolahan citra lokal sedangkan
CAM terhadap algoritma bertipe regional.
Jaringan interkoneksi memegang peranan
terhadap algoritma global. Sedangkan prosesor
hanya memegang peranan pada algoritma tipe
lokal saja.
Kebanyakan arsitektur paralel 1d (1 dimensi
dengan n Processor Element) yang ada meng-
gunakan memori jenis RAM sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan operasi asosiatif
yang sangat dibutuhkan oleh algoritma
berjenis regional. Sedangkan arsitektur berjenis
2d secara sifat dasarnya sudah memiliki sifat
asosiatif karena topologi prosesornya yang saling
berhubungan satu sama lain secara spasial.
Memori CAM dapat menyelesaikan algoritma
bertipe regional dengan rata-rata kompleksitas
O(n). Untuk algoritma yang sama dikerjakan
dengan memori RAM menghasilkan kompleksitas
lebih tinggi O(n2) yang berarti lebih buruk.
Atau dengan kata lain dengan CAM dapat
dihasilkan kecepatan n kali lebih cepat
dibandingkan dengan penggunaan RAM.
Dalam rangka merancang arsitektur paralel yang
optimal, kami mencoba untuk memanfaatkan
keunggulan yang diberikan oleh memori CAM
untuk mengusulkan suatu memori jenis baru
yang merupakan kombinasi dari beberapa fungsi
antara lain RAM, CAM dan Shift. Memori ini kami sebut dengan MAM (Multi-mode Access
Memori).
Tujuan dari makalah ini adalah:
•memperkenalkan prinsip dan design MAM,
•membahas aplikasinya baik dari segi arsitektur
maupun algoritmanya.
•menyajikan performansinya.
•menjajaki kemungkinan membangun sebuah
arsitektur paralel optimal citra
Penelitian ini merupakan bagian dari proyek
pengembangan arsitektur paralel optimal yang
disponsori oleh ITSF (Indonesia Toray Science
Foundation).
Memory CAM: State-of-the-art
Memori CAM adalah memori yang pengalamatannya
berdasarkan isinya. Memori CAM
termasuk tipe memori yang cukup tua
keberadaannya dan telah banyak dijumpai dalam
literatur namun manfaatnya jarang dibahas untuk
arsitektur paralel pengolahan citra. Memori ini
diperkenalkan pertama kali oleh Slade, dkk pada
tahun 1956. Memori ini dikenal dengan nama
lain misalnya memori asosiatif, memori dengan
data yang dialamati, memori katalog, dll.
Pada paper ini kami mengadopsi nama yang
paling sering digunakan dalam literatur yaitu
CAM dan Memori asosiatif.
Istilah CAM banyak juga dijumpai dibidang
Neural Network untuk menyatakan suatu memori
yang isinya (dalam bentuk pattern) dapat
dipanggil kembali bila pada inputnya diberikan
bentuk pattern tersebut seperti layaknya memori
otak manusia. CAM dalam konteks Pengolahan
Paralel (CAM_PP) ini sama persis fungsinya
dengan CAM dalam konteks Neural Network
(CAM_NN). Bedanya adalah CAM_NN bersifat
massively-parallel sedangkan CAM_PP tidak.
Keistimewaan dari memori CAM adalah dapat
menggantikan m buah data dalam waktu konstan
O(1) atau hanya dalam sekali siklus instruksi
yang mana bila dikerjakan oleh memori RAM
akan memakan waktu O(m).
Memori CAM memberikan manfaat yang besar
dalam aplikasi praktis, misalnya Transformasi
Hough, labeling paralel, penjejakan wajah
, jaringan lokal , kompresi gambar dan
aplikasi lain yang digambarkan dalam.
Walaupun cukup banyak manfaat dan aplikasinya
namun tipe ini tetap jarang dikenal
dibandingkan dengan memori RAM. Keterbatasan
produk ini dipasaran membuatnya jarang
dipakai dalam disain. Dalam dunia arsitektur
paralel tipe memori ini hanya digunakan
pada pengembangan STARAN pada 1972
1. Sel CAM
R
C
Data
Address
SR
SC
Sebuah sel CAM dibentuk dari sebuah sel
memori R dan komparator C. Sebuah
sel CAM akan memberikan jawaban/respon
melalui output SC jika SR=Address. Output
komparator ini kemudian dapat digunakan untuk
merealisir operasi-operasi asosiatif.
2. Memori asosiatif
SCAM_1
SC_1
SCAM_2
SC_2
SCAM_n
SC_n
Data
Out
Data
In
Address
Manfaat CAM terlihat jika n buah sel dibentuk
secara paralel (Gambar2). Konfigurasi ini
dikenal dengan nama memori asosiatif yang
memungkinkan kita untuk melakukan operasioperasi
asosiatif dengan jumlah n berapapun
dalam waktu konstan O(1). Padahal untuk
operasi yang sama memori RAM membutuhkan
waktu O(n). Pengalamatan memori asosiatif
berarti membandingkan secara paralel isi dari
setiap sel CAM dengan suatu nilai Address. Tipe
pengalamatan ini dapat menghasilkan apa yang
disebut “multiple-response”. Dari
keadaan inilah muncul beberapa jenis operasi
asosiatif. Bentuk umum dari memori asosiatif adalah
prosesor asosiatif. Prosesor asosiatif sudah
pasti memiliki sifat memori asosiatif, sedangkan
kebalikannya belum tentu.
Eril Mozef
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bandung
Ringkasan 5 Reyhan Aulia Ega Tama (41407010013)
Microprocessor Rabbit RCM3200
1. Pendahuluan
Vending Machine adalah sebuah mesin penjual
minuman yang dapat beroperasi secara
standalone untuk melayani transaksi pembelian
minuman atau makanan kecil. Vending Machine
konvensional yang beredar saat ini memiliki
beberapa kekurangan yaitu pengelola tidak dapat
mempunyai informasi secara on-line yang
sewaktu-waktu bisa diakses misalnya tentang
kondisi mesin seperti: hasil transaksi penjualan,
stok produk yang tersimpan pada mesin, kondisi
mesin pendingin dan lain-lain.
Untuk mengatasi masalah itu pada penelitian ini
dibangun sebuah model sistem embedded
pengendali vending machine yang memiliki
koneksi Internet (embedded Internet). Dengan
demikian seluruh aktifitas mesin dapat dimonitor
oleh pengelola mesin secara jarak jauh sepanjang
masih ada koneksi web Internet. Pengelola dapat
memonitor transaksi penjualan, stok produk serta
temperatur mesin pendingin. Sistem embedded
Internet saat ini sudah mulai populer
diaplikasikan pada sistem kendali, peralatan
rumah tangga, instrumentasi dan lain-lain
2. Embedded Internet Rabitcore
2.1 Mikroprosesor Rabbit 3000 [3,4]
Mikroprosesor yang akan digunakan adalah
mikroprosesor Rabbit 3000 mempunyai kemampuan
yang tinggi, low-EMI microprocessor yang
didesain secara spesifik untuk embedded control,
komunikasi, dan koneksi dengan Ethernet dan
Internet.
Buffer I/O Rabbit mempunyai batas kemampuan
arus sourcing dan sinking sebesar 6.8 mA per pin
dengan batas tegangan maksimum untuk semua
I/O adalah 5.5 V.
RCM3200 mempunyai I/O parallel sebanyak 52
buah yang dikelompokkan menjadi 7 port
(masing-masing 8 bit) yang tersedia pada header
J1 dan J2. Sebanyak 44 bidirectional I/O terletak
pada pin PA0-PA7, PB0, PB2-PB7, PD2-PD7,
PE0-PE1, PE3-PE7, PF0-PF7, dan PG0-PG7.
2.2 Dynamic C [5,6]
Dynamic C merupakan integrated development
system yang dirancang khusus untuk embedded
software (yang menggunakan bahasa pemrograman
C). Software ini didesain untuk
digunakan pada kontroler Z-World dan kontroler
lainnya yang berbasiskan mikroprosesor Rabbit.
Rabbit 2000 dan Rabbit 3000 merupakan
mikroprosesor 8 bit yang mempunyai performa
yang tinggi yang dapat menerima aplikasi bahasa
C sampai dengan 50.000 statements atau 1 MB.
Dynamic C terintegrasi dari beberapa fungsi
yaitu editing, compiling, linking, loading, dan
debugging dalam 1 program. Pada kenyataannya,
compiling, linking, loading adalah 1 fungsi. Di
dalam Dynamic C terdapat editor teks yang
mudah untuk digunakan. Program dapat
dieksekusi dan debugged secara interaktif pada
level kode mesin. Menu-menu dan keyboard
shortcut tersedia juga dalam Dynamic C. Selain
itu, bahasa assembly juga didukung oleh
Dynamic C dan dapat digunakan bersama-sama
dengan bahasa C.
Cara memprogram mikroprosesor menggunakan
Dynamic C adalah sbb :
1. Membuat listing program (baik dalam bahasa
C atau assembly ),
2. Langkah selanjutnya program di-compile agar
dapat di-download pada mikroprosesor
dengan menekan tombol F9.
2.3 Pemrograman Socket dengan PHP
Penelitian ini mencoba untuk mengaplikasikan
PHP terutama penggunaan pemrograman socket.
Socket menyediakan jalan bagi client dan server
untuk saling berkomunikasi di dalam jaringan
komputer. Socket membuat jalur end to end
communication (yang memungkinkan client
untuk mengirim request ke server dan server
menerima request tersebut dan memberikan
respon kepada client). Sebagai contoh adalah
sebuah web server melayani request client
dengan membuka sebuah socket (biasanya port
80) dan client (web browser) berkomunikasi
dengannya melalui socket tersebut. Untuk dapat
mengaktifkan fitur socket pada PHP, maka perlu
menghilangkan tanda “;” pada baris
extension=php_sockets.dll dalam file ‘php.ini’.
Beberapa fungsi yang dipakai adalah sebagai
berikut :
•Socket_create() untuk membentuk socket.
resource socket_create (int
domain, int type, int protocol)
•Socket_bind() untuk memberi nama pada
socket (mempunyai nilai balik, TRUE saat
sukses atau FALSE saat gagal).
bool socket_bind (resource socket,
string address [, int port])
•Socket_listen() untuk mendengar koneksi
pada socket (mempunyai nilai balik TRUE
saat sukses atau FALSE saat gagal).
bool socket_listen (resource
socket [, int backlog])
•Socket_accept() untuk menerima koneksi
pada socket.
resource socket_accept (resource
socket)
•Socket_close() untuk menutup socket.
void socket_close (resource
socket)
•Socket_read() untuk membaca bytes yang ada
pada socket.
string socket_read (resource
socket, int length [,int type])
•Socket_write() untuk menulis pada socket.
int socket_write (resource socket,
string buffer [, int length])
Contoh pemrograman socket dengan PHP :
$host = "192.168.12.13";
$port = 1241;
// bentuk socket
$socket = socket_create(AF_INET,
SOCK_STREAM, 0) or die("Socket gagal
dibentuk\n");
// bind socket pada port
$result = socket_bind($socket, $host,
$port) or die("Socket gagal dibind\
n");
// mulai listening
$result = socket_listen($socket, 3)
or die("Listen Gagal\n");
// terima request koneksi
// bentuk cocket lain untuk menghandle
komunikasi
while(1)
{
$spawn = socket_accept($socket) or
die("Gagal menerima koneksi\n");
// baca input dari client
$input = socket_read($spawn, 1024) or
die("Gagal membaca input\n");
echo $input;
// kirim kembali ke client
$output = "alo\n";
socket_write($spawn, $output, strlen
($output)) or die("Gagal membuat
output\n");
// tutup socket
socket_close($spawn);
}
socket_close($socket);
?>
Listing diatas menjadikan komputer dengan IP
192.168.12.13 sebagai server yang membuka
layanan pada port 1241 dan setelah menerima
input dari client, server akan mengirimkan
balasan pada client.
Resmana Lim , Lauw Lim Un Tung
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra
Hendrawan
Alumni Fakultas Teknologi Industrin, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra
TUGAS RINGKASAN-6 (RIAN ARDIYANTO-41407010011)
SISTEM LMDS, LAYANAN BROADBAND WIRELESS
PADA FREKUENSI 28 GHz – 31 GHz
Jurnal ini memaparkan tentang kebutuhan pelanggan akan layanan komunikasi yang semakin meningkat, terutama pada komunikasi data untuk berbagai aplikasi internet. Hal ini juga didukung oleh perkembangan pasar yang menunjukkan bahwa permintaan pelayanan tersebut cukup menjanjikan. Akan tetapi keinginan para pelanggan untuk dapat mengakses layanan tersebut dimanapun mereka berada belum dapat dipenuhi. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan nirkabel (wireless). Terutama semakin sempitnya spektrum frekuensi pada daerah 2 GHz untuk menyediakan alokasi lebar pita yang sesuai dengan layanan tersebut.
Sistem LMDS (Local Multipoint Distribution Service) ini merupakan salah satu pendekatan teknologi wireless untuk menyediakan layanan broadband dengan frekuensi operasi antara 28 GHz hingga 31 GHz. Acuan yang digunakan adalah spektrum frekuensi yang digunakan oleh sistem LMDS di Amerika Serikat yaitu range frekuensi yang digunakan adalah antara 27,5 GHz sampai 28,35 GHz untuk downlink dan 29,10 GHz sampai 29,25 GHz untuk uplink dengan bandwidth sebesar 1 GHz. Sistem LMDS ini memilikin cakupan sel kecil berdiameter 3 km hingga 5 km yang line of sight, baik secara point to point maupun point to multipoint.
Jenis layanan yang disediakan oleh Sistem LMDS meliputi : Layanan Data Berkecepatan Tinggi, Layanan suara atau telepon, layanan telepon berkecepatan tinggi adalah pada ISDN, E1, dan E3, Layanan video, Video on demand, Interaktif video, seperti video conference, Broadcast video.
DAFTAR PUSTAKA
1.Freeman, Roger L. “Telecommunication Transmission Handbook”. John Wiley. New York. 1998.
2.Garg, Vijay K. “Wireless Network Evolution”. Prentice Hall. New Jersey. 2002.
3. Yang, Samuel C. “CDMA RF System Engineering”. Artech House. 1998.
4.Rappaport, Theodore S. “Wireless Communications”. Prentice Hall. New Jersey. 1996.
5.Motorola. “CDMA/CDMA2000 1X RF Panning Guide”. Motorola Inc. Desember 1998.
6.Mobile Communication Laboratory. “Modul Short Course RF Planning CDMA 2000 1x”. STT Telkom . Desember 2003.
TUGAS RINGKASAN-5 (RIAN ARDIYANTO-41407010011)
DAFTAR PUSTAKA
1.Khang, Ir. Bustam, “Trik Pemrogaman Aplikasi Berbasis SMS”, Elex Media Komputindo, Jakarta 2002.
2.Petroutsos, Evangelos, “Pemrogaman Database dengan Visual Basic 6”, Elex Media Komputindo, Jakarta 2002.
3.Dharma Oetomo, Budi Soetedjo & Handoko, Yosia, “ Teleakses Database Pendidikan Berbasis Ponsel”, Penerbit Andi, Yogyakarta 2003.
4.Karuturi, Subrahmanyam, “SMS Tutorial”, www.funsms.net, 2002.
Link:
www.stttelkom.ac.id+jurnal&ei=rRnYSrTjB9efkQXZk5nWCA&usg=AFQjCNHGLJ6lglIAiz_bvvm-SBD0UE8KdQ
Kamis, 15 Oktober 2009
PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA (Tugas 2)
1. Motor Induksi
Pada motor induksi arus rotor bukan diperoleh dari
sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi
sebagai akibat perbedaan relatif antara putaran rotor
dengan medan putar yang dihasilkan oleh stator.
2. Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa
Motor induksi tiga fasa memiliki dua komponen
dasar yaitu stator dan rotor, bagian
rotor dipisahkan dengan bagian stator oleh celah udara
yang sempit dengan jarak antara 0,4 mm
sampai 4 mm. Tipe dari motor induksi tiga fasa
berdasarkan lilitan pada rotor dibagi menjadi dua macam
yaitu rotor belitan adalah tipe motor
induksi yang memiliki rotor terbuat dari lilitan yang
sama dengan lilitan statornya dan rotor sangkar tupai yaitu tipe motor induksi dimana
konstruksi rotor tersusun oleh beberapa batangan logam
yang dimasukkan melewati slot-slot yang ada pada rotor
motor induksi, kemudian setiap bagian disatukan oleh
cincin sehingga membuat batangan logam terhubung
singkat dengan batangan logam yang lain.
3. Beban Motor Induksi Tiga Fasa
Dalam melaksanakan pengujian pengereman
dinamik digunakan dinamometer DC (generator-motor
arus searah) sebagai beban motor induksi.
Dinamometer DC dalam percobaan berfungsi
untuk mengubah energi mekanik menjadi energi
listrik.
4. Pengereman pada Motor listrik
Pengereman secara elektrik, torsi
pengereman dihasilkan berdasarkan nilai arus
injeksi yang diberikan pada belitan stator.
Pada pengereman secara elektrik energi
putaran rotor diubah menjadi energi elektrik yang
kemudian dikembalikan ke suplai daya, atau
dengan memberikan suatu medan magnet stasioner
pada stator sehingga putaran rotor akan berkurang
dengan sendirinya, pengereman secara elektrik
lebih halus dan tidak ada hentakan yang terjadi.
Pengereman secara elektrik tidak dapat
menghasilkan torsi untuk menahan beban dalam
keadaan sudah berhenti dan membutuhkan sumber
energi listrik untuk mengoperasikannya.
5. Pengereman Dinamik
Pengereman dinamik digunakan untuk
menghentikan putaran rotor motor induksi.
Tegangan pada stator diubah dari sumber tegangan
AC menjadi tegangan DC dalam waktu yang
sangat singkat. Arus searah yang diinjeksikan pada
kumparan stator akan mengembangkan medan
stasioner untuk menurunkan tegangan pada rotor.
Medan magnet akan berputar dengan kecepatan
yang sama dengan rotor tetapi dengan arah yang
berlawanan untuk menjadikan stasioner terhadap stator.
Interaksi medan resultan dan gerak gaya magnet rotor
akan mengembangkan torsi yang berlawanan dengan
torsi motor sehingga pengereman terjadi.
6. Penyearah Penuh Satu Fasa
Penyearah yang dipakai pada alat ini adalah
penyearah gelombang penuh dengan menggunakan
transformator step down dan mempunyai keluaran
tegangan DC positif.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Eugene C. Lister, Ir. Drs. Hanapi Gunawan, Mesin
Dan Rangkaian Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993.
[2] Fizgerald, Kingsley, Umans, Mesin - Mesin Listrik,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1997.
[3] Harten, P. Van, Instalasi Listrik Arus Kuat 3,
CV. Trimitra Mandiri, Jakarta, 1978.
[4] I J Nagrath, D P kothari, Electric Machines, Tata
McGraw-Hill Publishing Co. Ltd., New Delhi, 1985.
Selasa, 13 Oktober 2009
TUGAS RINGKASAN 4 (RIAN ARDIYANTO-41407010011)
Analisa Pengaruh Kecepatan User Terhadap Kualitas Layanan Suara
Pada Sistem CDMA2000-1x
Pada jurnal ini memaparkan tentang kehadiran teknologi CDMA 2000-1x dalam dunia telekomunikasi yang mulai diperhitungkan oleh masyarakat dan para operator GSM yang selama ini menguasai pasar telekomunikasi. Salah satu contoh telepon seluler berbasis CDMA 2000-1x adalah Telkom Flexi dan Esia. Namun Semakin banyak user pada teknologi ini muncul masalah pada beberapa hal diantaranya kualitas layanan suara yang semakin berkurang. Hal ini banyak terjadi pada user yang sedang berkendaraan.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan,maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Semakin besar kecepatan user maka frame error rate-nya makin miningkat. Meningkatnya frame error rate seiring dengan meningkatnya kecepatan disebabkan karena meningkatnya frekuensi doppler yang menyebabkan makin banyaknya sinyal yang mengalami distorsi sehingga dapat menurunkan performansi layanan suara pada sistem CDMA2000-1x.
2. Dari hasil simulasi menunjukan bahwa performansi layanan suara pada F-FCH CDMA2000-1x mulai terdistorsi pada saat kecepatan mobile station 22 km/jam dimana nilai FER yang diterima sudah berada diatas 1 %.
3. Kecepatan mobile station ternyata sangat mempengaruhi tingkat performansi sistem CDMA2000-1x. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi kecepatan mobile station maka semakin lebar Doppler spread yang dapat menyebabkan terjadinya distorsi sinyal. Kesimpulan ini diambil, dari hasil percobaan yang dilakukan pada simulasi sistem CDMA2000-1x tanpa pengkodean yang menunjukan bahwa performansi untuk komunikasi suara digital (BER 10-3) pada kanal AWGN Eb/N0 yang dibutuhkan adalah 7dB sedangkan pada kanal multipath fading yang dipengaruhi Doppler spread memerlukan EbN0 15,8 dB sampai 18,7 dB sesuai dengan tingkat kecepatan mobile station-nya.
4. Penggunaan pengkodean convolutional code dengan coding rate ¼, jumlah state 256, generator polinomial oktal g0 = 765, g1 = 671, g2 = 513, g3 = 473 dan panjang kode penebar 64 walsh hadamard dengan teknik mapping sinyal QPSK dapat memberikan perbaikan yang cukup baik pada F-FCH CDMA2000-1x RC3 yang diterapkan pada kanal Rayleigh yaitu dengan indikasi perbaikan performansi BER rata-rata sebesar 9,1837.10-2 dengan coding gain 9 dB.
5. Dari hasil simulasi menunjukan penambahan interleaver blok pada F-FCH CDMA2000-1x RC3 pada kanal multipath fading terdistribusi rayleigh memberikan perbaikan error rate rata-rata 9,9298.10-4 atau 2 dB lebih baik dari pada system yang tanpa menggunakan interleaver
DAFTAR PUSTAKA
[1] Vijay K. Garg,Ph.D.,P.E, “Wireless Network Evolution 2G To 3G”, Prentice Hall PTR, New Jersey,2002.
[2] L.Peterson Roger. E.Ziemer Roger. E.Borth David, “Introduction To Spread
Spectrum Communications”, Prentice Hall, New Jersey, 1995.
[3] Smith Clint,P.E. Collins Daniel, “3G Wireless NetworkS”, McGraw-Hill Telecommunications, New York, 2002.
[4] Shu Lin. J.Costello Daniel, JR, “Error Control Coding Fundamental and Applications” Prentice Hall, New Jersey,1983.
[5] T.S. Rappaport, “wireless Communications Principles and Practice”, IEEE Press, 1996.
[6] TIA/EIA/IS-2000-2. “Physical layer Standar for CDMA2000 Spread Spectrum System”, TIA/EIA Interim Standar, Telecommunication Industry Association, August 1999.
[7] C. Yang Samuel, “CDMA RF System Engineering ”, Artech House, Boston,1998.
[8] Byungwan Yu, ‘Hybrid Channel Coding for Error-Sensiteve Class on DS-CDMA Air Interface”, Thesis of Virginia Institute and State, Blacksburg, Virginia, August 2003.
[9] Qualcomm, “Technical Introduction to CDMA2000 1x”, Qualcomm Incorporated, San Diego U.S.A,2002.
Links:www.stttelkom.ac.id/staf/.../Jurnal%20SNATI2006-UII%20yogya.doc